Bulan suci Ramadan menjadi waktu yang
sangat sibuk bagi Muhammad Syamsi Ali. Sebagai imam komunitas muslim
terbesar di New York, Jamaica Muslim Center, buku agenda harian pria berusia 55
tahun itu penuh dengan kegiatan keagamaan. Misalnya buka puasa bersama
komunitas muslim di New York pada Kamis, 6 April lalu. Mereka turut mengundang
Wali Kota New York Eric Leroy Adams. Syamsi mengatakan Eric Adams dekat dengan
komunitas muslim sejak menjabat pada 2022. "Tanggapannya pun sangat
positif dan ia berjanji mendukung kepentingan kami," kata Syamsi kepada
wartawan Tempo, Indra Wijaya.
Pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan,
itu menyatakan kehidupan keagamaan muslim Amerika Serikat saat ini relatif lebih
tenang dibanding saat dipimpin Presiden Donald Trump pada 2017-2021. Syamsi
juga bercerita tentang Nur Inka Nusantara Madani, pesantren pertama di Negeri
Abang Sam. Sekolah Islam di Kota Moodus, Connecticut, di utara New York,
tersebut berdiri berkat Nusantara Foundation, lembaga yang ia dirikan beberapa
tahun lalu. Berikut ini wawancara lengkap Tempo dengan Syamsi
Ali.
Seperti apa kegiatan komunitas muslim
New York selama Ramadan?
Bagi kami, di Amerika Serikat, selain
sebagai bulan ibadah dengan ragam ritual, seperti puasa, tarawih, dan tilawah,
Ramadan menjadi bulan edukasi. Karena itu, kami melakukan berbagai kegiatan
edukasi dan dakwah. Buka puasa, misalnya. Ada sekitar 600-700 orang berbuka
setiap hari.
Kami juga mengundang tetangga-tetangga
non-muslim untuk menikmati hidangan sambil berinteraksi dengan komunitas
muslim. Cara seperti ini adalah bagian dari edukasi, baik untuk orang Islam
maupun teman-teman non-muslim. Untuk orang Islam, tujuannya agar sadar bahwa,
walau beda agama, kita tidak harus pecah, apalagi bermusuhan. Untuk non-muslim,
harapannya agar sadar bahwa Islam merupakan ajaran kasih sayang dan umat Islam
adalah orang-orang yang damai.
Apakah ada tantangan tertentu selama
berpuasa?
Tantangannya sama saja dengan di tempat
lain. Hanya, karena kami minoritas, tentunya kami akan tertantang untuk melawan
berbagai godaan dari lingkungan sekitar. Selain itu, masa menahan makan dan
minum lebih panjang karena mulai masuk musim panas, sehingga waktu siang hari
semakin panjang.
Muhammad Syamsi Ali (kiri) mengundang
Wali Kota New York Eric Adams dalam acara buka bersama dengan komunitas muslim,
6 April 2023. Dok. pribadi
Ada tradisi puasa tertentu yang
dijalankan umat muslim di sana?
Kalau berbicara tentang tradisi umat Islam
di Amerika Serikat, tentu kita merujuk pada ragam tradisi sesuai dengan
diversitas komunitas muslim. Hampir semua budaya dan latar belakang kebangsaan
umat ini terwakili di Amerika. Karena itu, masing-masing ada keunikannya.
Ketika buka puasa bersama, misalnya, komunitas muslim Indonesia menampilkan
kuliner Indonesia, dari kolak, bubur, hingga sate dan rendang, untuk disuguhkan
kepada tamu yang hadir.
Anda terlihat sering berdakwah lewat
media sosial. Bagaimana cara membagi waktu untuk komunitas Anda?
Menulis memang menjadi bagian rutinitas
harian saya. Hampir tidak ada hari terlewat tanpa ada tulisan yang saya
bagikan. Niat utamanya hanya ibadah. Semoga dari tulisan itu, ada nilai
kebaikan yang bisa diambil orang lain dan menjadi amal jariah bagi saya.
Rata-rata tulisan itu saya selesaikan
ketika dalam perjalanan dari kantor ke rumah. Pada umumnya di kereta bawah
tanah. Jadi, tidak terlalu menyita waktu dan energi. Apalagi tulisan saya
memang semuanya tulisan sebagai ekspresi pikiran dan perasaan yang bersifat
spontan saja.
Seperti apa kegiatan Ramadan di
Pesantren Nur Inka Nusantara Madani?
Selain kegiatan pendidikan, baik tatap muka
maupun daring, di pesantren ada salat Jumat dan lain-lain. Yang paling unik
adalah kegiatan buka puasa bersama dan rencana halalbihalal dengan
tetangga-tetangga pada 29 April mendatang.
Bagaimana progres pembangunannya?
Alhamdulillah, pembangunan Pesantren Nur
Inka Nusantara Madani terus berlanjut. Walau memang hampir dua tahun terhenti
karena pandemi Covid-19. Sepanjang 2020 dan 2021 adalah tahun yang menantang.
Tidak ada penggalangan dana, juga hampir tidak ada kegiatan. Kini pembangunan
kembali aktif walau pelan karena semua tergantung dana. Saat ini kami sedang
membangun dapur umum, merenovasi beberapa kamar mandi, dan lain-lain. Tanah
kami seluas 10,5 hektare, alhamdulillah. Ini modal untuk rencana besar jangka
panjang.
Sulitkah membangun sekolah Islam di
Amerika Serikat?
Sejak awal memang kami sadar bahwa
tantangan itu ada pada tiga hal, yakni pendanaan, izin, dan reaksi
tetangga-tetangga. Alhamdulillah, reaksi tetangga, yang paling kami
khawatirkan, ternyata mudah diatasi. Dengan pendekatan ala Nusantara, yakni
makan-makan, bersahabat, dan seterusnya, mereka akhirnya menerima. Padahal yang
tinggal di sekitar pesantren itu semuanya non-muslim dan warga kulit putih yang
umumnya awalnya curiga. Izin juga tidak menjadi masalah karena ini hak dasar
warga Amerika. Tantangannya kini ada pada pendanaan. Tanah telah lunas. Tapi
untuk membangun dan renovasi, perlu dana yang tidak kecil. Makanya, saya
mengetuk hati semua pihak untuk ikut ambil bagian, khususnya pada Ramadan
ini.
Berapa kebutuhan dananya?
Untuk pembelian lahan, tidak terlalu besar.
Sebab, memang tanah di Amerika Serikat, kalau di luar kota, tidak mahal. Total
dana yang habis untuk pelunasan tanah sekitar US$ 1,7 juta saja—setara dengan
Rp 25,3 miliar. Selanjutnya, yang mahal adalah renovasi gedung-gedung. Tentunya
yang lebih besar lagi adalah rencana pembangunan fasilitas lainnya di masa
depan. Semua dana terkumpul dari donasi-donasi perorangan melalui pendekatan
pribadi ataupun penggalangan dana secara publik.
Muhammad Syamsi Ali menggelar acara buka
bersama di New York, 6 April 2023. Dok. pribadi
Seperti apa kegiatan pembelajaran di
Pesantren Nur Inka Nusantara Madani nantinya?
Rencana jangka panjang kami adalah
pesantren murni. Artinya, perkampungan Islam lengkap dengan fasilitas
keagamaan, termasuk sekolah. Tapi selama fasilitas untuk itu belum terbangun,
sementara ini kami mengadakan berbagai kegiatan secara musiman. Misalnya pada
musim panas, kami mengadakan pesantren selama dua bulan penuh dengan kegiatan
yang intensif bagi anak-anak muslim.
Adakah kekhawatiran seputar islamofobia
seiring dengan rencana Anda membangun pesantren?
Alhamdulillah, tidak ada tantangan dari
sisi warga. Sebab, kami menangani hal itu dengan pendekatan kemanusiaan,
seperti mengadakan acara-acara sosial dengan melibatkan tetangga-tetangga.
Mereka bahkan senang karena merasa menjadi bagian.
Apakah itu artinya islamofobia sudah tak
menjadi masalah di AS?
Islamofobia masih ada. Walau turun drastis
sejak Donald Trump tidak lagi menjadi Presiden Amerika Serikat. Komunitas
muslim juga semakin sadar untuk ambil bagian dalam kehidupan publik di Amerika.
Banyak orang Islam yang menjadi pejabat, baik di tingkat kota, negara bagian,
maupun federal. Cara menghadapinya memang dengan ambil bagian di kehidupan arus
utama Amerika.
Apakah perbaikan kondisi ini seiring
dengan perubahan politik pasca-kepemimpinan Trump?
Iya, benar seperti yang saya sebutkan tadi.
Namun, bagi kami, islamofobia tidak bisa diselesaikan hanya dengan pergantian
presiden, tapi juga melalui edukasi publik atau dakwah. Kehidupan umat Islam
semakin membaik. Bahkan jauh lebih baik dibanding imigran lainnya, seperti
komunitas Hispanik. Pemerintah, baik lokal maupun federal, merangkul komunitas
muslim menjadi bagian integral dari negara ini. Saya dan Wali Kota New York,
misalnya, sangat dekat. Setelah dilantik menjadi Wali Kota, Eric Adams
mengunjungi masjid kami sebelum rumah ibadah mana pun.
Bagaimana cara Anda membangun Nusantara
Foundation? Apa saja kegiatannya?
Ini cerita panjang. Tapi singkatnya,
Nusantara Foundation terbangun untuk menjawab kegalauan panjang saya. Kok,
Indonesia itu kurang dikenal di Amerika Serikat? Apalagi dalam konteks sebagai
negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Seolah-olah Islam itu hanya
Timur Tengah atau Asia Selatan. Indonesia tidak menjadi perhatian. Nusantara
Foundation melakukan banyak kegiatan dan inisiatif. Termasuk dialog
antar-agama, program penjangkauan seperti ceramah di universitas-universitas di
Amerika tentang Islam, dan lain-lain. Inisiatif terbesar saat ini memang
pembangunan pesantren Nur Inka Nusantara Madani.
Di luar kesibukan berdakwah, apa saja
hobi Anda?
Saya punya banyak hobi. Saya senang membaca
dan menulis. Senang olahraga juga, khususnya bela diri. Saya juga suka diskusi,
dialog, dan lain-lain. [ ]
***
Muhammad Syamsi Ali
Lahir: Bulukumba, Sulawesi Selatan, 5
Oktober 1967
Pekerjaan: Direktur/Imam Jamaica Muslim
Center New York
Pendidikan:
- S-1 Studi Tafsir di Universitas Islam Internasional, Islamabad, Pakistan
(1991)
- S-2 Studi Perbandingan Agama Universitas Islam Internasional, Islamabad,
Pakistan (1994)
Riwayat jabatan:
- Pendiri dan Presiden Nusantara Foundation
- Ketua Dewan Pembina untuk ASEAN Federation of Muslim Amerika Utara
- Anggota Dewan untuk Kemitraan Iman di New York
- Pendiri bersama UNCC (Rohaniwan Universal Koalisi Internasional)
- Dewan Penasihat IMSA (Indonesian Muslim Society di Amerika Serikat)
- Dewan Penasihat ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim di Amerika Serikat)
Penghargaan:
- Satu dari tujuh tokoh yang paling berpengaruh di New York City oleh New
York Magazine (2006)
- Duta Perdamaian oleh Federasi Internasional Agama
- Penghargaan Interfaith ICLI 2008
- Satu dari 100 penerima "The 2009 Ellis Island Medal of Honor Award"
sumber: https://koran.tempo.co/read/tamu/481400/syamsi-ali-mewujudkan-mimpi-pesantren-di-amerika-serikat
Tidak ada komentar
Posting Komentar